Selasa, 24 Januari 2012

SEBATAS KEMAMPUAN MEREKA


‘’BATAS KEMAMPUANNYA’’
Dibawah terik sang sinar itu rumah mereka,
Dibawah selimut hujan itu rumah mereka,
Di pinggir roda-roda mereka setia ada,
Dan di temani oleh wewangian gas roda-roda tersebut mereka hidup.
Tatkala kita sedang tidur dengan pulasnya, mereka berjuang melawan maut yang setiap hari membayanginya,
Tatkala kita sedang makan enak kenyang, maka mereka hanya bs memandangi kita yang sedang makan.
Kenapa kita bisa merasakan nikmatnya bangku sekolah tapi mereka tidak?
Kenapa kita bisa makan enak tapi mereka tidak?
Kenapa disaat kita bisa meminta uang dengan mudahnya ke orang tua tapi mereka tidak?
Kenapa kita bisa tidur dengan nyenyaknya tapi mereka tidak?
Kenapa kita bisa hidup bahagia tapi mereka tidak?
Kenapa?
Kenapa??
Ya Allah apa salah mereka?
Mereka itu adalah generasi penerus bangsa, harapan bangsa,
Di umur yang baru sekitar 4, 5, 6 atau 7 tahun , mereka harus menerima kejamnya dunia ini,
Pagi, siang, sore, malam dan kembali pagi lagi dan seterusnya mereka menerima kenyataan pahit itu,
Aku tak mampu menahan sakit hati ini tatkala aku melihat mereka harus berjuang tak kenal waktu dan kondisi demi hidup mereka, sedangkan kita hidup dengan santainya,
Kita justru sering melakukan hal-hal yang tak berguna dalam hidup ini,
Hidup bersenang-senang, bermewah-mewahan seperti tak kenal saudara lagi,

Tidakkah kita menangis melihat dan merasakan realita ini?
Jika kita sebagai insan yang berbudi, jelas kita akan mendengar jeritan hati mereka setiap saat,
Dan kita segera bergegas pergi untuk menemui mereka,beri yang terbaik untuk mereka dan jangan sampai jeritan-jeritan itu kita dengar kembali,

Tetapi, jika kita tidak pernah bisa merasakan jeritan mereka maka tak sepantasnya kita hidup bahagia,
Karena sesungguhnya hidup itu adalah tolong menolong, saling memberi dan mengasihi serta menyayangi.

Semoga, tulisan ini member kita gambaran, wawasan pengetahuan bahwa mereka anak-anak pengamen, anak-anak gelandangan yang masih muda belia harus berjuang melawan kerasnya hidup. Tak seharusnya mereka seperti itu, tidak sekolah, hrs mencari uang demi hidup, tidur diatas tikar kardus bekas,dan yang jelas jiwa psikis mereka tak sepantasnya menerima kenyataan itu.
Sedangkan kita hidup sebaliknya, tapi tak pernah menengok kebelakang dan melihat bagaimana kerasnya, pahitnya, sengsaranya mereka anak-anak yang msih kecil yang seharusnya mendapat perhatian, kasih saying orang tuanya dan hidup bahagia.
Masih tegakah kita melihat mereka terus hidup dibawah tekanan mental fisik?
Mari kita sama-sama berrjuang demi mereka, kalau bukan kita lalun siapa lagi?
Kita tidak boleh menunggu sesuatu terlanjur terjadi, tp segera bergegaslah utk membawa perubahan.



IBU adalah Jiwaku

Untuk Sang Pemilik Mata Yang Berbinar Untukku
Oleh Dadan Adi K


“Anakku tercinta,…hati dan pikiran ibu selalu bersamamu…maafkan kedatangan ibu ke rumahmu dan telah membuat  ketakutan anak-anakmu.”
L
aki-laki itui tertegun setelah membaca  sepucuk surat ini. Pikirannya melayang, menghampiri kenangan yang telah dialaminya. Ia teringat saat anak-anaknya ketakutan dan mengadu kepadanya karena saat itu di rumahnya kedatangan tamu yang hanya memiliki satu mata saja. Kemudian ingatannya mengembara lebih jauh lagi, kembali ke masa kecilnya. Ia terkenang saat teman-teman SD-nyabmengejek, “huuuu….ibumu anya mempunyai satu mata!”. Karena ejekan itu ia menjadi malu , sangat malu, bahkan ia pernah menyatakan kekesalannya pada Ibunya, “ Ibu, Ibu hanya membuat diriku menjadi bahan tertawaan teman-temanku sja, aku sangat malu, ibu!!!”. Dengan nada yang keras ia mengucapkan ini. Saat itu, sang Ibunya hanya diam saja, tidak menjawab. Perjalanan waktu menghantarkan laki-laki tadi menuju kesuksesan, dengan tetap membawa rasa malu karena mempunyai ibu yang hanya memiliki satu mata, ia pergi ke kota, bekerja keras, bisa menikah, berkeluarga dan mempunyai beberapa anak. Suatu saat, ia mendspatkan undangan resmi reuni  SD. Ia ingin sekali mendstsnginys. Entah kenapa, sebelum dating ke reuni, ia memutuskan untuk menengok rumahnya yang dulu, yang sudah sangat lama ia tinggalkan. Ternyata rumah itu kosong, tiada siapapun disana. Laki-laki tadi tidak merasakan sesuatu yang aneh, ia bahkan tidak merasakn kehilangan apapun hingga ada tetangganya yang dulu menghampiri sambil memberikan kepadanya sepucuk surat yang bertuliskan,
“Anakku tercinta,…hati dan pikiran ibu selalu bersamamu…maafkan kedatangan ibu ke rumahmu dan telah membuat anak-anakmu takut. Ibu sangat gembira saat mendengar kamu akan dating ke acara reuni. Tapi mungkin ibu tidak bisa menemuimu karena untuk bangun dari tempat tidurpun ibu tak mampu. Maafkan jika sepanjang hidup ibu telah berulang kali membuatmu malu.
Tahukah kamu….ketika kamu masih kecil, kau mengalami sebuah kecelakaan dan kehilangan sebelah mata. Sebagai seorang ibu, aku tak bisa melihatmu tumbuh dengan satu mata. Oleh karena itu, kuberikan satu mataku untukmu….aku sangat bahagia dan bangga putraku bisa melihat seisi dunia dengan mataku…teriring cinta ….Ibumu….”

Hatinya menggelegar, perasaannya mengharu biru dan membuatnya tidak kuasa berdiri lagi, lututnya tertekuk, bahunya bergetar. Embun itupun menetes  dari matanya, menetes dari mata yang bukan miliknya, dari mata seseorang yang telah merelakan untuk kehilangan sebelah matanya demi  kebahagiaan sang anak agar tetap bisa berbinar dengan kedua matanya…Untuk sang pemilik mata yang berbinar untukku.
                                              
Binar mata itu selalu terkenang, ketika dulu engkau memeluk diriku, menatapku begitu dalam dengan mata yang berbinar, indah, meneduhkan. Kemudian engkau kecup keningku, dan mengatakan,  “ Alhamdulillah Nak, tetap belajar yang rajin ya….!” Engkau mengatakan itu sambil memberikan senyuman khas dari dirimu. Entah kenapa  saat itu kedamaian meresap di hatiku. Belaian lembutmupun baru kurasakan indahnya saat ini. Saat aku merindukan untuk merebahkan kepala di pangkuanmu. Tanpa kuminta, engkau membelai lembut kepalaku. Dan saat itu, kadang aku melihat mulutmu seperti mengatakan sesuatu. Dan baru kusadari bahwa saat itu engkau ternyata sedang mendoakan diriku. Di setiap binar indah mata, hangatnya pelukan, damainya senyuman, lembutnya belaian yang engkau berikan untuk diriku senantiasa teriring doa untuk kebahagiaanku.
Untuk sang pemilik mata yang berbinar untukku,
Karena doamu pula, saat ini aku semakin paham tentang ajaran agamaku, tenang indahnya Islam ini.
“ Dan Kami perintahkan kepada manusioa (berbuat baik) kepada kedua orang Ibu-Bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertyambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepaKulah kembalimu”. ( Luqman:14)
Dari ayat ini semakin kuketahui betama mulianya dirimu. Berbuat baik, berbakti kepada dirimu adalah bagian dari taatnya diriku terhadap perintah Tuhanku.
Sayangnya diriku kepadamu, akan bisa membuat Tuhanku juga saying kepadaku.
 Marah dan bencinya diriku kepadamu, akan membuat Tuhanku pun marah dan benci kepadaku.
 
Di usiaku saat ini, rasa cinta itu memang bergejolak. Aku begitu ingin menguangkapkannya keseseorang yang kukagumi. Sangat-sangat ingin aku mengungkapkan sayangku untuknya. Tapi alangkah durhakanya  diriku , sungguh bodohnya diriku ketika ternyataaku telah mengungkapkan cinta dan syangku ke orang yang kukagumi itu dan aku belum belum pernah mengatakan cinta dan sayangku untukmu, Ibu. Ternyata, stelah puluhan tahun aku hidup di dunia ini , yang engkau pun menjadi salah satu sebab aku bisa bertahan hidup hinga saat ini, aku belum belum pernah mengungkapkan cinta dan sayangku untukmu. Maafkan aku, Ibu dan sekarang terimalah ungkapan cinta dan sayangku ini….
Aku saying Ibuuuuuuuuuuuu…………….

Sahabat, jikalau diriku boleh memintamu, maka aku minta, engkau sekarang juga ungkapkanlah rasa cinta dan sayangmu untuk Ibu, sebelumn semuanya terlambat, sebelum semuanya berakhir, sebelum senyum damai itu tak bisa lagi kita rasaakan, sebelum pelukan hangat itu tidak bisa kita rasakan lagi, sebelum binary mata itu tidak terpancarkan lagi. Ungkapkan, katakana, rasa cinta dan sayangmu untuk Ibu……

Sahabat, memang sudah sifatnya, yang masih muda belia akan memandang orang yang lebih tua berpikiran kuno, koloy, ketinggalan jaman dan lain-lain. Dan akhirnya akan memandang orang yang lebih tua dengan sebelah mata.

Untuk sang pemilik mata yang berbinar Untukku,
Terhadapmu kadang aku pernah  berfikir, seperti itu. Tapi, sekarang ini ketika kucoba menghadirkan bayang wajahmu sudah banyak kerutan yang muncul disana, tidak Nampak lagi rona kesegaran, tapi  tetap bisa kurasakan kedamaian. Semoga Allah mengizinkan diriku untuk tetap menemanimu di saat engkau telah berusia lanjut, yang mungkin saat usia itu, engkau akan bertingkah laku seperti diriku masih kecil. Terbayang , diriku dulu yang kemana-mana harus engkau antarkan, dengan lembut engkau tuntun diriku. Ketika aku baru belajar berjalan, dengan senyuman engkau terus memberiku semangat untuk bisa berjalan menuju dirimu. “ Ayo Nak, jalan terus Nak, sini…sini…kejar Ibu, engkau Pasti Bisa!!!”.
Betapa seringnya aku dulu membuang kotoran di pangkuanmu, tapi dahsyatmu dirimu, engkau tidak pernah membentakku saat itu, engkau tidak pernah marah sama sekali. Justru engkau tersenyum dan dengan mata berbinar, dengan penuh sabar merawatku. Semoga suatu saat nanti, aku bisa sesabar dirimu, aku bisa dengan lembut menuntunmu, dengan sabar merawatmu dan itupun tidak akan pernah sanggup membalas kelembutan dan kesabaran darimu…Ibu.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkan : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al Isra’:24)


Untuk pemilik mata yang berbinar untukku,
Teringat jelas, dikala itu engkau benar-benar  merendahkan dirimu di hadapanku. Engkau menundukkan diriku di kursi, kemudian engkau berlutut di depanku dan memakaikan sepatu. Setelah itu, engkau merapikan dasi merahku, kemudian dengan lembut tanganmu menyentuh pipiku…
Engkau berucap, “brlajar yang rajin ya Nak…”…sungguh kenangan yang indah darimu, sanggupkah kelak aku berlutut di hadapanmu, mungkin untuk sekedar membasuh kakimu? Sanggupkahku untuk terus menundukkan diriku untuk mengecup tanganmu yang tidak lagi halus itu?
Untuk sang pemilik mata yang berbinar untukku,
Malam itu, kulihat secercah cahaya. Dengan kain putih itu, engkau tertunduk, bersujud begitu lama. Sejenak kemudian, engkau menengadahkan tangan, kulihat begitu khusyuk. Itulah yang saat ini belum sanggup kulakukan.
Malam-malaamku kuhabiskan untuk tertidur pulas . sujudku pun hanya sejenak-sejenak. Doaku pun hanya sebaris-sebaris. Aku yakin, dalam doamu pasti tersebut namaku, bahkan sangat mungkin, doamu untukku jauh lebih banyak dari pada doaku untuk diriku sendiri. Astagfirullahal’adzim…
Untuk sang pemilik mata yang berbinar untukku,
Kini aku ingin berbuat terbaik sebagai wujud baktiku kepadamu, sekarang juga! Semoga aku bisa berkata selembut perkataanmu kepadaku. Semoga aku bisa bertindak, berperilaku semenyenangkan dirimu. Semoga aku bisa patuh dan taat kepadamu, seperti patuhnya engkau saat aku meminta ini dan itu kepadamu. Dan semoga, aku pun tetap bisa berbuat yang terbaik ketika  allah menhendaki engkau kembali kepada-Nya. Akan tetap kukenang damai senyummu, hangat pelukmu, binar indah matamu serta setiap baris doa dan nasehatmu untukku.

Bagi dirimu, sahabatku……
Aku yakin engkau juga memiliki sosok yang matanya selalu berbinar indah itu. Maka sejenak, pejamkan matamu, atur nafasmu, perlahan…hadirkan …bayangkan dia di dekatmu saat ini. Lengkap dengan senyum damainya  dan binar indah matanya. Perhatikan setiap kerut di wajah ibu…
Yakinlah, disetiap kerut itu mewakili kesabaran, keteguhan, cinta dan kasih sayangnya untukmu. Dan katakan, Aku Sayang Ibu……

Lalu berdoalah kepada Allah,
“ Ya Allah, kasihilah Ibuku dan Ayahku, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil, berkahilah hidup mereka dan izinkan aku untuk kembali bertemu dengan ayah ibuku, kelak di Surga-Mu”.



                                                                                 

SOLUSI SEBAGAI URGENSI PROBLEMATIKA MORAL BANGSA INDONESIA

INDONESIA  BUTUH  SALAH SATU  GEBRAKAN SEBAGAI URGENSI PENANGGULANGAN
BOBROKNYA MORAL BANGSA
Oleh Dadan Adi K

Melihat problematika kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat beragam maka jelas dibutuhkan solusi jitu yang mampu menyelesaikan berbagai masalah tersebut. Indoseia sekarang ini benar-benar mengalami krisis moralitas. Banyaknya peristiwa-peristiwa negative yang mewarnai pemberitaan segala media menjadi bukti konkrit bahwa problematika masyarakat Indonesia sangat mengkhawatirkan.
Banyaknya kasus KKN terlebih-lebih korupsi yang akhir-akhir ini sangat genjar di berantas namun masih saja belum pada jera membuktikan bahwa masih begitu banyaknya pejabat yang berkarakter korup atau sejenisnya. Jika hal demikian maka sangat disayangkan bukan? Tidak hanya itu, system kapitalisme yang semakin kental juga menjadi masalah besar terutama masyarakat menengah kebawah yang notabene merupakan  mayoritas  kuantitas penduduk Indonesia. Dampak kapitalisme sudah menggerogoti beberapa bidang yang semakin hari semakin membahayakan. Ekonomi dikuasai pihak asing ataupun pihak-pihak yang bermodal. Hal itu jelas menyengsarakan masyarakat kecil yang tidak lain berhilir kepada semakin melebarnya kesenjangan social.
Apa satu gebrakan yang harus dilakukan? Dan oleh siapa gebrakan itu dilakukan?
Yah, jawabannya ialah AGAMA. Dengan penguatan ke aspek agama (religius) maka akan terjadi perbaikan moral bangsa asal benar-benar dilakukan. Semua agama mengajarkan tentang kebaikan dan membentengi diri sesorang dari perbuatan-perbuatan yang tak seharusnya dilakukan. Selama ini pelajaran atau materi ( value) mengenai agama sangat minim bahkan tergeser akibat globalisasi dan modernisasi. Agama sudah tidak lagi di anggap ur gen secara umum, sehingga menimbulkan krisis moral.
Yang melakukan gebrakan ini ialah semua pihak terkait baik pemerintah maupun semua elemen masyarakat harus secara bersama-sama untuk melaksanakan program ini. Memang program gebrakan ini bukan cara satu-satunya namun merupakan salah satu cara yang paling efektif dan efesien. Bayangkan jika seluruh masyarakat Indonesia semuanya beriman dan bertaqwa maka tentunya tidak aka nada korupsi, kolusi, kekerasan, bentrok, ataupun tindak kriminal lainnya. Karena walaupun penjagaan atau pengawasan diperketat oleh pemerintah toh pada kenyataannya justru terjadi kong kalikong
(suap) yang saling menguntungkan. Maka dengan pembentengan agama pada diri manusia maka aspek kesadaran lebih diutamaakan. Dapat dibayangkan, jika di suatu Negara yang luas seperti Indonesia hanya sedikit orang yang memiliki kesadaran dan mereka harus mengatur dan mengawasi mereka yang belum sadar, maka jelas akan terjadi kesulitan berbeda dengan gebrakan Agama ini, sebab urgensinya ialah kesadaran setiap individu. Bayangkan jika seluruh umat memiliki  kesadaran yang tinggi, maka betapa sejahtra dan amannya bangsa ini.

Rabu, 04 Januari 2012

Hidup Untuk Berbagi: Momentum Canangkan MOBNAS

Hidup Untuk Berbagi: Momentum Canangkan MOBNAS: SMKN SOLO CANANGKAN MOBNAS (MOBIL NASIONAL) Oleh : Dadan Adi K Mahasiswa UNS (Mobil Kiat Esemka, karya siswa SMK di...

Momentum Canangkan MOBNAS


SMKN SOLO CANANGKAN MOBNAS (MOBIL NASIONAL)
Oleh : Dadan Adi K
           Mahasiswa UNS
        
(Mobil Kiat Esemka, karya siswa SMK di Solo ( SMKN 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta)
 Inilah mobil Kiat Esemka buatan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menjadi kebanggaan Walikota Solo, Joko Widodo. Saking bangganya, mobil buatan siswa SMK 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta ini dijadikan sebagai mobil dinas oleh Jokowi -sapaan Joko Widodo.

Mobil ini berjenis SUV (Sport Utility Vehicle), bercat hitam. Dengan kapasitas 1.500 cc, mobil yang mesinnya diadopsi dari mobil Timor ini bisa menghasilkan kekuatan 105 tenaga kuda dengan putaran mesin 5.500 rpm.

Dari segi eksterior, mobil ini terlihat garang dan elegan. Itu berkat ada sentuhan model head lamp yang bergaya futusristik. Kesan sporty juga terlihat pada bagian grill dan fog lamp di bagian bumper.

Sedangkan di bagian interior, mobil yang memiliki kapasitas tujuh penumpang ini, dilengkapi dengan power window, AC dual zone, power steering, central lock, sistem audio dengan CD, serta tak ketinggalan sensor parkir.
                Saya sanggat bangga sebagai alumni dari SMKN 2 Ska. Sungguh suatu prestasi yang luar biasa, karena sejajaran siswa smk sudah mampu membuat mobil yang tidak kalah bersaing, mudah-mudahan saja mampu memikat hati masyarakat Indonesia sehingga meminimalisir Impor Mobil asing semisal dari  Jepang, Cina, Amerika Serikat yang selama ini telah mendominasi pasaran mobil di Indonesia. Karena dengan program tersebut diharapkan akan memperbaiki  perekonomian Indonesia sendiri.

My Car Dreams



       








 Sistem Open Up yang bener-bener bikin kita kagak tahan lagi bro...Full Modifikation. Ayo bro pada nabung buat dapetin nih mobil.wkwkwk

 Nih bro yang merah bkin kita fullpower kalo mau ngebut sampek puyeng nih kepala.hahahaha





Mantabs-mantabs kan bro,,,jadi ngiler klo punya beneran....huuuuuuuu

SISTEM PENATAAN PKL DI SURAKARTA KURUN WAKTU 2004-2011


Oleh : Dadan Adi K 
           Mahasiswa UNS

 

PENATAAN PKL ( PEDAGANG KAKI LIMA)
DI KOTA SURAKARTA
KURUN WAKTU 2004 - 2011

A.    PENILAIAN SECARA UMUM    
Pemerintah Kota Surakarta kurun waktu 2004 sampai dengan 2011 ini telah melakukan berbagai cara dan upaya dalam melaksanakan program Penataan PKL ( Pedagang Kaki Lima). Untuk mengetahui bagaimana penilaian terkait pelaksanaan program tersebut tentu kita harus jeli dan melihat dari berbagai aspek dan sudut pandang. Hanya saja secara umum dan menyeluruh maka pelaksanaan Penataan PKL di Kota Surakarta ”Sudah berjalan dengan baik”.
Sejak tahun 2004 tepatnya ketika menjabatnya Walikota Solo yang baru yaitu Ir Joko Widodo atau sering di panggil Jokowi serta Wakilnya FX. Hadi Rudiyatmo. Semenjak itu Pemkot Surakarta melakukan ’’Revolusi Besar-besaran’’ yang diantaranya ialah penataan PKL. Sudah seribu lebih PKL yang ditertibkan dan direlokasikan kebeberapa tempat guna menjalankan misi sehingga tercipta seperti jargon Surakarta yaitu Berseri.
Salah satu aspek keberhasilan Pemkot Surakarta dalam menjalankan program tersebut bisa kita lihat dalam reaksi atau tanggapan dari masyarakat bahkan para PKL sendiri. Jika kita melihat di media-media selalu terjadi perlawanan atau percekcokan yang begitu luar biasanya maka berbeda dengan di Surakarta. Walaupun ada beberapa dari PKL yang berusaha untuk melawan akan tetapi kuantitasnya sangat minim dan mayoritas mereka bersedia ditata dan direlokasi oleh Pemkot. Hal inilah yang menjadi perbedaan dengan kota-kota yang lain dimana tidak sedikit satuan Pramong Praja ( Satpol PP ) harus kualahan dalam menangani masalah penataan PKL yang semakin merajalela. Masyarakat di kota Surakarta cenderung bersedia karena memang telah disediakan tempat yang tentunya melalui pertimbangan dari Pemkot sendiri dan hal itu tidak merugikan para PKL.
Faktor perbandingan disini digunakan sebagai salah satu kriteria keberhasilan program ini. Penulis membandingkan tingkat kesusahan masing-masing Pemkot dalam menagani masalah ini, misalkan saja di Kota Metropolitan seperti di Kota Jakarta dan kawasan sekitarnya, Surabaya atau Bandung dan beberapa kota lain. Di kota-kota tersebut rawan sekali dengan bentuk perlawanan dari para PKL ketika Lapak mereka harus diangkut oleh Satpol PP, bahkan waktu penyelesaiannya relatif lama. Selain itu tindakan radikal dari para PKL juga selalu mewarnai. Hal tersebut berbeda dengan yang ada di Kota Surakarta. Memang dari segi kuantitas dari jumlah yang direlokasi atau di tertibkan lebih sedikit, akan tetapi secara keseluruhan maka Penataan di Surakarta tetap lebih baik.
                        Salah satu aspek sebagai kriteria keberhasilan Pemkot Surakarta ialah respon dari masyarakat luar. Bahwa ada beberapa Pemkot luar Surakarta yang berkunjung dan melakukan survei serta penelitian mengenai sistem atau kebijakan yang digunakan untuk menangani PKL ini. Mereka menganggap dengan belajar dari sini dan harapannya bisa dilaksanakan juga di wilayah mereka masing-masing. Misalnya saja


B.     KEBIJAKAN ATAU SISTEM YANG DI JALANKAN
Perkembangan PKL yang makin lama makin meningkat maka menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan, permasalahan yang muncul menimbulkan Pemikiran Warga Kota Terhadap keberadaan  ribuan PKL di kota yang strategis itu. Pemikiran untuk mengatasi permasalahan PKL di Surakarta muncul pada tahun 2006 dan menjadikan Pemkot harus bergerak untuk menangani masalah tersebut.
Sebelum membahas lebih jauh terkait kebijakan-kebijakan yang diambil Pemkot, maka terlebih akan penulis paparkan mengenai Potensi baik positif maupun negative dari adanya PKL.
Potensi Positif :
ü  Aset Kota untuk diberdayakan
ü  Dapat dilakukan banyak orang
ü  Menghidupkan daerah yang sepi 
ü  Mengurangi pengangguran
ü  Menumbuhkan jiwa kewirausahaan
ü  Menggerakkan dinamika pembangunan /pemberdayaan ekonomi
ü  Penyumbang PAD
ü  Peluang kesempatan kerja
ü  Penyangga katup ekonomi informal
Pemikiran Negatif :
ü  Merampas hak warga kota untuk menikmati keindahan lingkungan
ü  Menyebabkan kemacetan lalu lintas
ü  Terganggunya kebersihan dan keindahan kota
ü  Terganggunya kenyamanan pemilik lahan/rumah
ü  Terganggunya fasilitas umum kota
ü  Salah satu sumber kekumuhan kota
ü  Potensi Konflik
Adapun  faktor pendukung untuk mengurai persoalan PKL adalah sebagai berikut :
•         Karakter kepemimpinan lokal/Wali Kota Surakarta yang Tanggap, Cerdas, Santun, Konsisten.
•         Komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat  dalam Pemberdayaan PKL
•         Adanya solusi  yang ditawarkan oleh pihak pemerintah kota Surakarta.
Komitmen bersama dalam mewujudkan kebijakan pemerintah kota dalam penataan PKL di Kota Surakarta di sepakati oleh Legislatif, Muspida kota Solo, SKPD terkait, masyarakat dan instansi vertikal, sehingga komitmen untuk mengatatasi permasalahan PKL di Kota Surakarta semakin meningkat baik di dalam masyarakat maupun pemerintah kota Surakarta.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak yang ada di kota Surakarta maka pemerintah Kota Surakarta semakin mempunyai komitmen kuat untuk melaksanakan peraturan yang ada di kota Surakarta terkait dengan penataan kota dan PKL.
Surakarta/Solo memiliki peraturan perundang-undangan tentang penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah diimplementasikan. Peraturan perundang-undangan tersebut yaitu:
a.       Perda No. 8 Tahun 1995 Tentang Pembinaan dan Penataan PKL Kota Surakarta;
b.      SK Walikota Surakarta No. 2 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Perda No. 8 Tahun 1995;
c.       Perda No. 3 Tahun 2008 Tentang  Pengelolaan PKL Kota Surakarta;
d.      Perda Kota Surakarta No. 7 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
e.       SOT Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
Tiga ( 3 ) Macam Pendekatan
Peraturan  tersebut kemudian semakin tegas untuk segera dilaksanakan, maka pemerintah kota Solo memulai untuk melaksanakan peraturan tersebut. Adapun penataan PKL di Kota Surakarta dilaksanakan melalui pendekatan Sosial Budaya. Seperti apa pendekatan tersebut?
Pendekatan penataan PKL  melalui  pendekatan sosial budaya tersebut mempunyai  makna dalam penataan PKL di kota Solo. Berikut ini adalah pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh pemerintah kota Solo, yaitu :
1)      Nguwongke uwong
Nguwongke uwong mempunyai makna Menempatkan Manusia pada Harkat & Martabat.
2)      Kemitraan
Kemitraan mempunyai makna adanya kebersamaan dalam penataan PKL anatara masyarakat, pemerintah dan PKL itu sendiri sehingga dapat menjadi semakin dimengerti oleh pihak-pihak yang terkait.
3)      Hati nurani
Ada rasa saling mengisi  antara satu pihak dengan pihak yang lain, atau PKL denganmasyarakat dan pemerintah.
4)      Saling menghormati
Adanya Keseimbangan antar PKL, masyarakat dan pemerintah.
Selain menggunakan pendekatan sosial budaya dalam penataan PKL di Solo juga menggunakan pendekatan  ekonomi. Berikut ini adalah tehnik pendekatan ekonomi yang digunakan pemerintah kota Solo dalam melakukan penataan PKL di kota Solo yaitu dengan cara:
1.   Bantuan sarana dan prasarana
 Relokasi, Shelter, Gerobak , Tenda
2.   Bantuan dari pemerintah berupa
 Modal Usaha, Pemindahan, Pengangkutan
3.   Perijinan
SIUP,  KTPP, SHP semua diberikan gratis dari pemerintah kepada PKL.
4.   Promosi
Media Elektronik, Media Cetak dan dan  Hiburan
Selain  itu ada tambahan dari pemerintah guna mendukung terwujudnya PKL yang tertib dan teratur. Tambahan pendukungnya yaitu:
Ø  Pemberian ijin gratis (SIUP & TDP)
Ø  SHP & KTPP gratis
Ø  Pelatihan manajemen pedagang
Ø  Dukungan media promosi
Ø  Dana penjaminan kredit 9 Milyar
Selanjutnya selain dengan kedua pendekatan yang ada ternya pemerintah kota Solo juga menggunakan satu pendekatan lagi untuk menata PKL.  Pendekatan tersebut adalah Pendekatan  Normatif.  Pendekatan normatif ini adalah pendekatan yang menggunakan aturan dan sanksi kepada PKL yang melanggar aturan yang berlaku.
Pendekatan Normatif ini di bagi menjadi 2 yaitu :
1.    Pendekatan non yustisi, meliputi :
 Pembinaan, Pemantauan, Pengawasan
2.    Pendekatan yustisi  meliputi :
 Penindakan, Peradilan
Selain hal diatas kemajuan yang ada di kota Surakarta merupakan salah satu fungsi sudah adanya partisipasi masyarakat terkait dengan penataan PKL di kota Surakarta. Wadah dari masyarakat diberi nama PKL Center dan forum PKL. PKL center dan forum PKL ini nantinya bisa mewadahi dan menampung keluhan dan permasalahan PKL di kota ini agar untuk ke depannya tak lagi ada para PKL yang merasa tidak dilibatkan atau dipikirkan oleh Pemkot. Setidaknya forum tersebut bisa diadakan rutin, misalnya sebulan sekali untuk membahas permasalahan-permasalahan kaitannya dengan penataan PKL. Bahkan  Solo ditunjuk  sebagai pusat pelatihan penataan PKL se-Asia Pasifik terkait keberhasilan Pemkot dalam menata PKL di sejumlah titik di Surakarta. Walaupun diakuinya, hingga kini masih terdapat sejumlah persoalan terkait penataan PKL tersebut. Terutama kondisi pasar-pasar yang menjadi tempat relokasi PKL dari sejumlah kawasan.
            Walaupun pemerintah kota Surakarta sudah melakukan tiga pendekatan tetapi PKL masih susah untuk melaksanakan ide pemerintah dalam mengatasi PKL di Surakarta itu sendiri. Dalam tuntutannya PKL masih mempunyai beberapa permintaan  kepada pemerintah, antara lain :
1.   Transportasi harus ada dan kelancarannya pun harus dipertimbangkan, baik itu angkot, angkutan pedesaan maupun angkutan yang dapat mendukung adanya penertiban PKL di tempat PKL yang baru.
2.   Bakar tempat yang ditinggal, PKL menuntut adanya pembersihan tempat yang telah ditinggalkan sehingga tempat yang lama bisa menjadi lebih nyaman.
Penataan PKL di kota Surakarta dengan menggunakan 3 pendekatan tersebut ternyata membawa hasil yang cukup berhasil bahkan berhasil jika dibandingkan kota-kota lain. PKL di kota Surakarta dapat menjadi semakin tertib dan terkondisikan.

Komunikasi Politik
Dalam teori “Empati dan Homifili” dikatakan bahwa sebuah komunikasi politik akan sukses bila seorang komunikator dapat memproyeksikan diri dengan baik ke dalam sudut pandang khalayak atau masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan citra diri komunikator politik untuk menyesuaikan suasana pikirannya dengan alam pikiran khalayak. Komunikator melaksakan komunikasinya dengan menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain dan dilaksanakan atas dasar kesamaan.
Joko Widodo selakuk pemimpin Kota Surakarta  bisa jadi belum pernah mengetahui teori empati dan homofili. Namun apa yang dilakukannya tampak selaras dengan teori ini. Hipotesa ini didasarkan pada beberapa hal berikut :
Pertama, Joko Widodo memahami betul bagaimana perasaan para PKL ketika mengetahui akan direlokasi. Para PKL itu merasa akan kehilangan pelanggan atau bahkan mata pencariannya. Karena itu Joko memberikan alternatif berupa tempat berdagang yang lebih baik daripada di jalan-jalan atau taman kota. Agar para pelanggan tetap bisa bertransaksi dengan para PKL, Joko juga melakukan promosi melalui media lokal, memperluas jalan dan membuat satu trayek angkutan kota baru.
Kedua, Joko Widodo menunjukan empatinya ketika dia menjamu para PKL sebanyak 54 kali pertemuan. Dia tidak melakukan penggusuran secara paksa dan dengan kekerasan. Dia memilih lobby dan diplomasi. Joko sadar betul bahwa ketika tahu akan direlokasi, para PKL akan bersikap defensif. Jika dipaksa akan terjadi gejolak yang mungkin memunculkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian dari kedua belah pihak. Karena itu “lobby meja makan” merupakan sebuah tindakan komunikasi politik yang simpatik dan berusaha memahami posisi para PKL.
Ketiga, Saat relokasi dilakukan, Joko Widodo menggelar arak-arakan, alih-alih melakukan pengusiran dengan kekerasan, dengan menghadirkan budaya khas Solo, seperti penggunaan musik tradisional “kleningan” dan pakaian adat. Arak-arakan yang dilakukan ini menunjukkan bahwa Joko ingin menunjukkan “kesamaan” dengan para PKL, yakni kesamaan bahwa mereka sama-sama ingin membangun Kota Solo menjadi lebih baik, dan kesamaan bahwa mereka berasal dan memiliki budaya yang sama, yakni budaya orang Solo; pakaian adat yang sama, musik yang sama, tarian yang sama.
Keempat, Tindakan Joko Widodo sekaligus menunjukkan keberpihakannya terhadap ekonomi kecil dan pasar tradisional. Bukan hanya dalam soal PKL, di bawah kepemimpinannya Joko dengan sukses membangun ekonomi kerakyatan. Kesamaan persepsi antara pemerintah dan para pedagang pada ekonomi kecil, memunculkan kesamaan persepsi pula bahwa masyarakat menganggap Walikota mereka berpihak pada masyarakat.


C.    DAMPAK PENATAAN PKL
Jika sebelumnya sudah dibahas mengenai gambaran secara umum saja terkait keberhasilan penataan PKL itu seperti apa, kemudian kebijakan-kebijakan apa yang digunakan maka penulis akan memaparkan bagaimana dampak dari penataan PKL ini.
Penataan PKL secara terstruktur dan sistematis serta berorientasi tidak hanya jangka pendek tetapi juga jangka panjang maka akan membawa dampak positif yang cukup besar. Dilihat dari segi program Pemkot sendiri maka jelas telah berhasil dilaksanakan. Hal ini hanya berkaitan dengan status berhasil atau tidaknya. Karena dengan begitu berpengaruh terhadap respon masyarakat luar sepertihalnya tadi yaitu kunjungan dari beberapa Pemkot Luar Daerah bahkan Pemkot dari Luar negeri seperti Kamboja dan Thailand. Selain itu juga memberi kesan positif terhadap pemerintahan Pemkot Surakarta sendiri selaku pengayom dan pengatur Kota.
Di lihat dari segi keindahan lingkungan juga menguntungkan. Lingkungan semakin indah, rapi dan membuat nyaman masyarakat khususnya masyarakat Kota Surakarta. Pemilahan tempat yang tepat seperti relokasi PKL dari Banjarsari ke Semanggi, sekarang menjadi Taman Banjarsari yang rindang dan dimanfaatkan sebagai rekreasi dan bersantai sementara di kawasan semanggi sebagai tempat pusat kebutuhan masyarakat. Hal ini juga berpengaruh terhadap penilaian Pemerintah Pusat terhadap kota-kota di Indonesia. Contohnya saja akhir Desember 2011 Kota Surakarta dinobatkan sebagai Kota Terbersih Udaranya oleh negara. Selain itu jika lingkungan bersih maka akan membuat citra yang baik bagi masyarakat Surakarta sendiri selaku Kota Berbudaya.
Dilihat dari segi ekonomi, maka jelas dengan pengelolaan yang baik serta penempatan yang tepat menjadikan keuntungan segi finansial terutama bagi para PKL sendiri dan umumnya masyarakat umum yang menggunakan jasa mereka. Para PKL tidak mungkin mau atau bertahan jika kebutuhan substansial mereka tidak bisa terpenuhi untuk itulah penataan yang baik akan memberikan manfaat bagi mereka dan khalayak. Karena memang pada prinsipnya bahwa PKL merupakan aset yang berharga jika dikelola dengan baik dan mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Salah satu dampak keberhasilan penataan PKL jelas berpengaruh terhadap sang pengatur yaitu Walikota Surakarta. Terbukti dengan perolehan suara pada pemilukada 2010 dimana Surakarta benar-benar membutuhkan figur Jokowi untuk membawa lebih maju lagi Kota Surakarta. Masyarakat masih memberikan kepercayaan, karena sikapnya yang cenderung pro ekonomi kecil menengah sehingga mendapat banyak dukungan. Dengan begitu dampak dari penataan PKL yang baik berimbas juga di bidang politik. Tidak hanya itu berbagai apresiasi baik individu maupun secara kelembagan yaitu Pemerintah Surakarta berdatangan, seperti berbagai media masa,pemerintah pusat dan lain-lain.



BAB III
KESIMPILAN

Penataan PKL ( Pedagang Kaki Lima ) di Kota Surakarta mulai terlihat sejak tahun 2004, semenjak terjadi pergantian pemimpin atau Walikota Surakarta yaitu semenjak mulainya era Joko Widodo ( Jokowi ). Suatu gebrakan dimulai dalam bentuk revolusi yang membawa pada suatu perubahan besar bagi Kota Surakarta. Walaupun persisnya bukan dimulai pada tahun tersebut tetapi pada tahun 2006-an tetapi benih-benih perubahan atau indikasi menuju perubahan sudah mulai terlihat dari tahun 2004.
Salah satu gebrakan Pemerintah Kota ( Pemkot) Surakarta yaitu Penataan PKL baik dalam bentuk relokasi, penertiban maupun pembenahan terjadi dibeberapa titik di Surakarta. Salah satu tanda sebagai program penataan PKL ini yaitu penataan ribuan PKL dari Banjarsari yang dialihkan ke Klitikan Semanggi. Hal tersebut merupakan salah satu monumental sebagai awal gebrakan era baru. Selanjutnya dari tahun ke tahun Pemkot Surakarta selalu melakukan penataan PKL yang selalu bertambah dan belum tertata dengan baik.
Dalam pelaksanaan Program Penataan PKL ini butuh suatu cara atau kebijakan-kebijan tertentu yang di terapkan Pemkot Surakarta antara lain dalam bentuk pendekatan-pendekatan, pemberian fasilitas sarana dan prasarana, serta jaminan Pemerintah Kota terhadap keberlangsungan nasib para PKL tersebut. Terdapat Tiga ( 3 ) macam pendekatan yaitu Pendekatan Sosial Budaya, Pendekatan Ekonomi, dan Pendekatan Normatif. Selain itu dukungan dari masyarakat Surakarta sendiri juga ikut andil terhadap keberhasilan program ini. Sikap para PKL sendiripun juga berpengaruh, karena secara umum para PKL bersedia dipindahkan atau direlokasi.
Penataan PKL di Kota Surakarta merupakan penataan yang berhasil dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari indikasi bentu perlawanan para PKL sendiri terhadap Pemkot. Di Surakarta minim sekali adanya perlawanan dari PKL, walaupun itu pasti ada tetapi kuantitasnya hanya sebagian kecil dari kuantitas seluruhnya. Hal tersebutlah yang menjadikan perbedaan dari kota-kota lain. Salah satu bukti bahwa Penataan PKL di Surakarta berhasil dilakukan ialah bahwa adanya kunjungan dari Pemkot-pemkot luar seperti Surabaya, Jakarta dan beberapa kota lain yang mana mereka belajar dari Pemkot Surakarta. Tidak hanya dari dalam negeri, terbukti adanya kunjungan dari Pemkot luarnegeri yaitu Kamboja dan Thailand. Hal inilah yang menjadi tanda bahwa penataan di Surakarta sudah berhasil secara umum.
Dampak dari penataan PKL yang terus dilakukan hingga akhir tahun 2011 dan mungkin berlanjut sampai sekarang memberikan dampak yang besar baik untuk para PKL, Pemkot maupun masyarakat umum. Aspek sosial, ekonomi, budaya pun ikut terpengaruh dampaknya khususnya di wilayah Kota Surakarta sendiri. Budaya brsih, rapi seperti jargon Surakarta yaitu Berseri sekarang telah terwujud.
Semoga Penataan PKL selalu dilakukan oleh Pemkot Surakarta bersama-sama dengan masyarakat yang didasari dengan tanggap dan kesadaran masing-masing sehingga menuju perubahan yang lebih baik lagi sehingga menjadi percontohan bagi nasional maupun internasional.